Penasaran dengan Tebing Keraton yang beberapa minggu ini ramai dibicarakan di twitter oleh sebagian warga Bandung (dan pengunjung luar kota yang datang ke Bandung), akhirnya tadi pagi kami berbulat tekad untuk mencari tahu tentang keberadaan si tebing tenar tersebut. Jam 4.20 pagi alarm berdering, mata masih berat, namun kami memaksakan diri untuk bangun dan berangkat ke Dago.

Penasaran apa itu Tebing Keraton – yuk ikuti kami
Semalam sebelumnya kami sudah mencari tahu dari beberapa informasi yang beredar di internet mengenai lokasi tepatnya Tebing Keraton. Melihat Google Maps masih belum terbayang karena sepertinya ada beberapa jalan kecil yang tidak muncul di Google Maps atau kadang-kadang ada yang terlihat seperti jalanan padahal sebenarnya itu cuma walking track yang menembus hutan.

Dari Warung Bandrek Dago masih terus ke atas
Cara Menuju Tebing Keraton
Berikut ini kami coba berikan petunjuk jalan setahap demi setahap cara menuju Tebing Keraton dari McDonalds Simpang Dago (yang tidak tahu McD Simpang Dago, google saja sendiri lokasinya ya ;)):
- Dari McD Simpang Dago lurus terus ke arah Sheraton sampai melewati Dago Tea House dan Terminal Dago.
- Tidak jauh dari Terminal Dago, ada jalan bercabang. Yang ke kiri menuju Dago Giri, yang ke kanan ke arah Bukit Dago Pakar. AMBIL YANG KANAN.
- Dari sana beberapa ratus meter ada cabang lagi. Yang kiri ke Dago Bengkok. Yang kanan masih ke arah Bukit Dago Pakar. AMBIL YANG KANAN.
- Beberapa ratus meter dari sana, dekat Indomaret di sisi kiri jalan, ada belokan ke kiri ke arah Tahura (Taman Hutan Raya) Ir. H. Juanda. BELOK KIRI. Kalau lurus terus nanti bablas ke daerah cafe-cafe seperti belokan ke Sierra, dan Stone Cafe.
- Jalanan menanjak beberapa ratus meter, di sebelah kiri ada gerbang masuk dan tempat parkir luas untuk Tahura, masih lurus terus.
- Tidak jauh dari sana ada jalan bercabang di dekat warung. Jalanan ke kanan ada tulisan Bukit Pakar Utara. BELOK KANAN.
- Dari sini jalanan makin menanjak dan kondisinya rusak sekali. Aspalnya sudah banyak yang habis sehingga permukaannya berbatu-batu. Jalanan akan melewati hutan di sisi kiri. Terus sampai ada cabang. AMBIL YANG KIRI. Di sana ada papan sementara yang bertuliskan ‘Tebing Keraton’ serta anak panah ke kiri.
- Di sini juga jalanannya rusak. Buat yang suka bersepeda mungkin tahu yang namanya Warung Bandrek, di sana banyak cyclist yang suka kumpul-kumpul. Sudah sampai? Oh… belum!
- Dari sana jalan terus, di kanan mulai tampak pemandangan bukit-bukit hijau serta rumah-rumah di lereng bukit. Tak berapa lama kemudian akan tampak pemukiman warga. Jalanan akan terlihat berbelok ke kanan, ikuti jalan terus sampai habis pemukiman warga.
- Tidak jauh dari sana ada belokan ke kiri yang agak curam. BELOK KIRI. Di belokan itu ada papan penunjuk sementara.
- Hanya sekitar 100 meter terakhir, jalanan sangat curam dan berbatu-batu. Tak lama kemudian ada warung di sebelah kanan dan di sisi kiri banyak deretan motor yang diparkir. Sudah sampai? Iya….motornya harus diparkir di sana. Terus Tebing Keraton-nya di mana?
- Sesudah parkir, jalan ke arah bukit di bawah. Tidak jauh koq, tidak sampai 5 menit (sekitar 100 meter) dan track-nya sama sekali tidak berat. Cuma jalan-jalan lucuk saja
Begitu sampai di area parkiran Tebing Keraton, kami disambut oleh seorang anak muda yang langsung mengurus parkiran motor kami dengan ganjalan batu karena posisi area parkiran tersebut memang miring. Kami tanya, berapa biaya parkir di sini? Setelah jeda sepersekian dektik dan saling pandang dengan seorang bapak yang juga membantu parkiran, dia jawab “Rp 5.000,-” dengan sangat sopan.

Pagi hari di hari biasa Tebing Keraton juga ramai
Setelah itu kami diantar oleh sang bapak yang diketahui bernama Pak Asep, yang dengan semangat mengobrol dengan Mister Adam. Setelah sampai di lokasi, ternyata sudah banyak orang di sana. Ada sekitar 30 orang, ada yang sudah berpose di ujung batu, ada yang turun ke lereng berbatu-batu, ada juga yang sedang menjaga tripod karena sedang mengambil timelapse.

Bikin timelapse dulu yuk
Matahari belum kelihatan, namun langit sudah lumayan terang karena sebenarnya matahari sudah terbit di balik bukit. Kami pun menyiapkan kamera untuk timelapse di angle yang sama dengan tripod-tripod lainnya. Alasannya adalah, itu posisi yang paling aman yang tidak akan dilalui oleh orang-orang. Di sana-sini orang-orang sibuk foto panorama dan berselfie-ria. Pengunjung datang dan pergi, cukup ramai namun tidak terlalu padat sampai tidak bisa bergerak. Mereka pun dengan sopan antri untuk bergantian foto di spot-spot keren.

Sunrise di Tebing Keraton
Perlu diperhatikan bahwa kondisi tanah di sana berupa tanah kering berpasir yang cukup licin bila dipijak. Oleh karena itu perlu berhati-hati jika ingin berfoto di batu-batu yang posisinya cukup berbahaya di ujung tebing. Tapi sebenernya ga ngeri-ngeri amat koq, banyak juga yang foto-foto di sana.

Salah satu spot foto yang populer di Tebing Keraton
Yang membuat Tebing Keraton ini ramai didatangi memang karena pemandangannya yang keceh, terhampar luas lebih dari 180 derajat. Hutan yang penuh dengan pepohonan hijau menghiasi pemandangan lembah dan gunung-gunung di sekitarnya. Yang bikin tambah keren adalah saat ada kabut. Gerakan kabut yang melayang-layang meluncur di sela-sela pepohonan kemudian menghilang ditelan terangnya langit. Jarang-jarang kan di kota besar seperti Bandung bisa menikmati kabut? Kemudian saat matahari bersinar menembus kabut, indahnya tak terlukiskan dengan kata-kata deh.

Pemandangan cantik pagi hari di Tebing Keraton
Dari obrolan sana-sini, ternyata Pak Asep lah yang menciptakan nama Tebing Keraton sebulan yang lalu. Dia bilang dinamakan Tebing Keraton karena berhubungan dengan keindahan alam (hmm….agak kurang jelas sih ya benang merahnya. ya sudah lah yang penting namanya keren). Dalam bahasa Sunda memang disebut “Tebing Karaton”, seperti yang tertulis di papan petunjuk yang ada di depan jalan masuk, namun saat Pak Asep berbicara dalam bahasa Indonesia, dia mengucapkannya “Tebing Keraton”.
Saya pun mencoba mengusut kenapa lokasi ini bisa tiba-tiba booming. Kata Pak Asep sekitar 3 bulan yang lalu ada seseorang yang datang kemudian memposting fotonya di twitter, sejak saat itu semakin hari semakin ramai. Nama Sastri dari detikTravel yang datang minggu lalu pun sempat disebut oleh Pak Asep Katanya kemarin (harap maklum, kemarin-nya orang Sunda belum tentu benar-benar kemarin) ada 200 motor dan 30 mobil. Wah…ramai banget ya!

Bersama Pak Asep, sang pemberi nama Tebing Keraton
Kembali ke urusan parkir, waktu kembali ke parkiran kami tanyakan lagi tarif parkir standar berapa karena kami curiga itu tarif parkir gara-gara melihat Mister Adam. Dijelaskan bahwa sebenarnya mereka belum menentukan tarif parkir, dan biasanya menggunakan sistem ‘serelanya’. Katanya ada yang kasih 2000, 5000, 10000, bahkan 20000. Dijelaskan pula bahwa uang parkir masuk ke kas bersama RW di sana.

Pemandangan pagi hari di Tebing Keraton
Tebing Keraton masih berada di area Taman Hutan Raya yang notabene lahannya milik pemerintah. Oleh karena itu tidak boleh ada warung di lokasi Tebing Keraton. Warga sekitar hanya berpartisipasi dalam urusan parkir, dan baru-baru ini mulai muncul beberapa warung di seberang area parkir, salah satunya dikelola oleh istri Pak Asep. Di warung tersebut tersedia pop mie, gorengan, air mineral dan minuman botol lainnya.

View di Tebing Keraton
Pak Asep dulunya adalah seorang tukang ojeg. Sekarang dia sibuk mengurus area Tebing Keraton. Beberapa warga juga kecipratan rejeki dengan semakin tenarnya lokasi ini. Mudah-mudahan warga kampung sekitar merasa terbantu dengan adanya ‘wisata baru’ di daerah mereka.(UPDATE: ternyata ada oknum-oknum yang serakah memanfaatkan situasi ini. Saat ini mereka mulai memungut bayaran yang tidak sebanding dengan fasilitas yang disediakan. More details coming soon) Hal penting yang perlu diingat adalah pengunjung diharapkan tetap menjaga kebersihan. Saat ini di lokasi sudah terlihat box-box rokok serta plastik di sana-sini, padahal Pak Asep menyediakan tempat sampah di sana. Kita di sana kan cuma sebagai tamu, jangan sampai area warga lokal yang dulunya asri cuma gara-gara booming wisata malah jadi kotor dan rusak. Dimohon kerjasamanya ya… Please be a responsible traveler/tourist :)

Saat sinar matahari pagi menembus kabut

Kabut yang melayang menembus hutan
Masih belum kebayang seperti apa itu Tebing Keraton? Langsung aja tonton videonya.
Masih bingung cara menuju ke Tebing Keraton? Coba cek step-by-step nya di video ini:
Untuk referensi, ini koordinat lokasi Tebing Keraton – https://www.google.com/maps/@-6.8350599,107.66238,15z
Sekian informasi tentang Tebing Keraton, mudah-mudahan bisa membantu. Selamat menikmati keindahan alam Bandung!
FAQ dari beberapa komentar yang masuk di sosmed:
1. Bisa bawa mobil? Bisa. Ke Tebing Keraton bisa bawa mobil ataupun motor. Lebih enak naik motor karena jalannya agak sempit, cuma pas untuk 1 mobil sehingga kalo pas ada mobil lain dari arah berlawanan agak repot. Jalanannya memang cukup rusak, jadi pelan-pelan dan hati-hati saja. Parkiran mobil sepertinya ada di lokasi agak bawah (tidak terlalu jauh sih). Di seberang jalan masuk ke Tebing Keraton paling cuma bisa untuk 1-2 mobil saja, di dekat warung. Siapa cepat dia dapat
2. Cocok untuk anak-anak kah? Menurut saya sih tidak cocok untuk bawa anak-anak (toddler) yang suka lari-larian ke sana ke mari. Karena area tebingnya cukup berbahaya, tidak ada pagar di sekeliling tebing dan kondisi tanahnya cukup licin. Kalau banyak orang agak terasa sesak sehingga berbahaya kalau tersenggol atau terdorong. Kalaupun mau bawa anak-anak sebaiknya digendong atau dipegangi terus ya.
3. Bisa camping? Sejauh pengamatan saya sih ngga bisa ya. Karena areanya sempit, dekat pemukiman penduduk pula.Takutnya malah mengganggu ketenangan warga sekitar kalau banyak yang camping.
4. Barangsiapa yang ketahuan mengcopy artikel ini akan dilaporkan ke pihak berwajib. Tolong hargai hasil karya kreatif seseorang. Walaupun di artikel ini ada informasi teknis,namun selebihnya adalah pengalaman pribadi kami. Jadi jangan asal comot untuk diposting di blog lain. Dengan ataupun tanpa mencantumkan sumber kami menolak memberikan ijin untuk memposting artikel kami di blog lain karena ini adalah hasil kerja keras kami.
5. UPDATE terbaru: beberapa hari yang lalu kami mendapat kabar bahwa sekarang untuk mengunjungi Tebing Keraton dimintai bayaran tiket masuk sebesar Rp 11.000,- dan uang parkir Rp 5.000,-
6. UPDATE terbaru lagi: kemarin kami dapat kabar dari teman kami bahwa mobilnya diberhentikan di bawah dan diminta naik ojeg dengan tarif 30rb belum termasuk guide 10rb. Entah untuk apa biaya guide karena sama sekali tidak perlu guide, dari tempat parkir ke tebing cuma 100 meter. Katanya pula untuk orang asing mereka charge 76rb (INI KETERLALUAN!) Mohon bila ada yang mengetahui update situasi terakhir tolong share informasinya kepada kami ya. Terima kasih!
The post Cara Menuju Tebing Keraton, Bandung appeared first on Pergi Dulu.